Tuesday, September 23, 2008

Hidup Ini Hanya Sementara

Tuhan menganugerahkan manusia dengan segala kelebihannya. Manusia lebih bijak dibandingkan dengan makhluk cipataan Tuhan yang lain. Berdasarkan pendapat I Gede Kaneka dikatakan bahwa manusia lahir diawali dengan mengeluarkan tangisan dan mati diiringi dengan mengundang tangisan. Sedangkan menurut tirtana manusia dikatakan lahir akibat perbuatan dua insan beda jenis kelamin yang bersenggama. Tetapi pendapat itu masih meragukan tidak semua perbuatan bersenggama bisa melahirkan ataupun membuahkan hasil.
ya kita jangan terlalu membahas teori-teori yang tidak bermutu, kita mulai saja kenapa ada istilah "hidup ini hanya sementara"?
semuanya mungkin sudah pada tahu dan ada yang bingung ataupun pusing membaca tulisan saya ini, maklum mungkin kemampuan mata dan pikiran pembaca yang lemah makanya pusing dan terkadang mual-mual mau muntah setelah membaca tulisan ini.
Stelah membaca tulisan ini diharapkan kepada pembaca untuk berdoa dan segera mandi dengan air kembang 7 (tujuh) rupa. Bunga apakah itu?
Kalau pembaca pengen tahu silahkan baca buku primbonnya Ki Joko Bodo
Dalam tulisan ini di muat berbagai macam argumen dan kritik dari berbagai kalangan mengenai mengapa manusia tidak bisa hidupnya abadi ataupun bisa mengetahui kapan dirinya akan mati. Dalam buku Sengsara Membawa Nikmat ada tertulis hidup ini hanyalah jalan untuk menuju suatu tujuan yaitu kenikmatan dan kebahagiaan.(apa benar dibuku ini tertulis seperti itu_red) kalau penasaran silahkan dibaca berkali-kali. Selain itu Tirtana dalam Penyu Menyelam di Kedalaman laut mengkritik pedas pendapat Koyis Mahendra yang menyebutkan bahwa manusia bisa hidup abadi jika mengikuti ritual seperti yang dilakukan oleh Ryan tukang jagal dari Jombang. Tirtana membantah bahwa manusia tidak akan bisa bertahan dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan dan permusuhan. Perang adalah jalan yang cukup signifikan memusnahkan kehidupan ini.
Selain itu Sun Go Kong temannya Pe Nyu mengatakan bahwa manusia haruslah lebih mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. Hidup ini milik yang Kuasa bukannya untuk perdebatan yang tidak menentu.
Saudara-saudara sebangsa dan se tanah air apa yang ada sekarang syukurilah, jangan terlalu ambisius, terlalu ambisius nanti bisa stress terus stroke terus mati deh....
Jadi apa yang dilakukan oleh para elite-elite politik maupun para cendekiawan-cendekiawan bangsa ini biarin saja, mereka juga lagi bingung dengan apa yang telah mereka lakukan selama ini. Mau di kemanakan bangsa ini mereka juga bingung, menunggu mati saja biar anak cucu mereka yang melanjutkan pemecahan masalah bangsa ini.
bertolak dari itu semua tidaklah pas kita saling menyalahkan selama ini kita terbuai dengan apa yang kita dapatkan pada periode sebelumnya. Kita terbuai, terlena dan sebagainya.
Demikianlah sekelumit penggalan cerita mengenai Hidup Ini Hanya Sementara. untuk lebih lengkapnya silahkan baca buku Penyu Menyelam Kelelep karangan Polagan Am Barawa

No comments: